Vivo Y53 memang bukan ponsel keluaran baru, tetapi namanya masih cukup sering dibicarakan. Sebab meskipun gawai lama, namun beberapa spesifikasi yang dibawakan masih cukup oke untuk kelas entry level.
Meskipun sudah dirilis sejak 2017, keberadaan chipset Qualcomm Snapdragon 425 di perangkat ini masih bisa digunakan cukup baik di tahun 2024. Chipset ini hanya ditemani dengan RAM 2GB. Kamera belakang yang dibawakan juga hanya ada satu.
Ukuran smartphone juga cukup mungil sehingga praktis untuk dibawa. Lalu, seberapa layakkah gawai ini untuk digunakan di tahun 2024? Simak review Vivo Y53 berikut untuk mengetahui keunggulan dan kekurangannya.
Vivo Y53 Crown Gold
Tabel Spesifikasi Vivo Y53 | |
Tipe | Smartphone |
Bentuk | Bar |
OS | Android |
Versi OS | Android 6, Funtouch OS 3.0 |
SIM | Nano SIM/Dual SIM/Dual Standby |
CPU | Qualcomm Snapdragon 425 Quad-core |
Kecepatan CPU | 1.4 GHz Cortex-A53 |
Storage | 16GB |
RAM | 2GB |
Baterai | 2.500 mAh |
Ukuran Layar | 5 inci |
Resolusi Layar | qHD 940 x 540 piksel |
Tipe | 2G/3G/4G |
2G GSM | B2/B3/B5/B8 |
3G WCDMA | B1/B5/B8 |
4G LTE FDD | B1/B3/B5/B7/B8 |
Kamera Belakang | 8MP |
Kamera Depan | 5MP |
Fitur dan Layanan | Wi-Fi, GPS, Bluetooth, Flash |
Dimensi dan Ukuran | 144.2 × 71.4 × 7.64 mm |
Berat | 137 gram |
Salah satu ciri dari perangkat lawas yang membuatnya unggul dibanding smartphone baru adalah bodinya yang kokoh. Vivo Y53 pun hadir dengan build quality yang solid dan nyaman digenggam.
Hal ini berkat adanya lengkungan pada bodi dan ukurannya yang cukup mungil. Dimensi keseluruhan dari perangkat ini hanya 144.2 × 71.4 × 7.64 mm dengan berat 137 gram saja. Gawai pun terlihat lebih elegan dan berkelas berkat desain unibodi yang digunakan.
Walaupun secara build quality terasa kokoh, namun soal ketangguhan Vivo Y53 masih tetaplah ponsel entry level. Gawai belum memiliki sertifikasi IP Rating sehingga pengguna harus lebih berhati-hati saat di dekat air.
Vivo sendiri berusaha membuat perangkat terlihat lebih menarik lewat dua pilihan warna yang dipoleskan sebagai finishing. Pengguna bisa memilih warna space gray atau crown gold untuk dibawa pulang.
Desain cover bodi belakangnya tampak sederhana dan cenderung polos. Pengguna hanya akan menemukan tulisan Vivo, satu buah kamera, dan satu buah lampu flash LED. Vivo menambahkan garis di sisi atas dan bawah, memisahkan tulisan Vivo dengan kamera dan lampu flash LED.
Dari segi port, pengguna masih akan menemukan tombol power dan volume di sisi kanan dan audio jack 3.5 mm di sisi atas. Sisi kiri hanya dipasang SIM Tray triple slot yang dapat memuat dua buah SIM card dan microSD sekaligus. Kemudian sisi bawah ada speaker, mikrofon, dan lubang micro USB.
Karena merupakan perangkat lawas, layar yang digunakan memiliki ukuran 5 inci saja. Hal ini tentu jauh lebih kecil dibanding ponsel-ponsel baru yang ukuran layarnya selalu di atas 6 inci.
Selain ukuran layarnya yang kecil, bezel di setiap sisinya juga cukup lebar, terutama sisi atas dan bawah. Sisi atas dibuat lebar untuk menampung earpiece dan kamera depan. Sementara sisi bawah yang luas dijadikan tempat untuk tombol navigasi.
Sebagai ponsel entry level, penggunaan layar berteknologi IPS di seri ini tergolong masih wajar. Pasalnya, smartphone entry level baru yang dirilis tahun 2024 pun masih banyak yang menggunakan teknologi ini.
Untuk resolusi layarnya hanya qHD sehingga kualitas tampilannya tidak istimewa. Meski begitu, layar sudah memiliki fitur eye protection mode untuk membuatnya lebih nyaman dilihat dalam jangka waktu lama.
Jika berbicara soal performa, Vivo Y53 sebenarnya merupakan ponsel cukup mumpuni di kelasnya saat dirilis tahun 2017 lalu. Namun jika berbicara penggunaan tahun 2024, kemampuan gawai ini bisa dibilang kalah dibanding smartphone terbaru di kelasnya.
Aktivitas yang bisa dilakukan dengan perangkat ini sangat terbatas. Pengguna hanya bisa menggunakannya untuk aktivitas sederhana seperti melakukan panggilan telepon atau mengakses WhatsApp.
Tetapi jika berencana untuk digunakan membuka aplikasi media sosial yang butuh grafis agak berat seperti TikTok dan Instagram, pengalaman yang ditawarkan mungkin kurang memuaskan. Begitu juga jika ingin menggunakannya untuk bermain gim mobile.
Penyebab keterbatasan ini adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 425 yang masih Quad-core. Ditambah lagi RAM yang dipasang hanya 2GB yang dipadukan dengan ruang penyimpanan 16GB yang tergolong sangat kecil di 2024.
Kabar baiknya, Vivo melengkapi gawai dengan slot khusus untuk microSD. Bahkan, perangkat dilengkapi dengan SIM Tray triple slot sehingga bisa diisi dua SIM dan kartu microSD sekaligus.
Faktor lainnya adalah penggunaan sistem operasi Funtouch OS 3 berbasis Android 6. Sistem Android yang lawas berdampak pada tidak adanya update fitur terbaru sehingga kemungkinan aplikasi tidak berjalan optimal.
Perangkat juga hanya dibekali fitur yang terbatas dan belum ada sistem keamanan biometrik pemindai sidik jari dan NFC. Untungnya, gawai sudah bisa menangkap jaringan 4G .
Jangan brharap banyak dengan kamera dari Vivo Y53. Pasalnya, sebagai ponsel entry level keluaran lama, spesifikasi kamera yang dibawakan masih sangat sederhana. Bahkan di sisi belakang hanya ada satu buah kamera dan lampu flash LED.
Sensor kamera yang dibawakan juga hanya 8MP, jauh lebih kecil dibanding ponsel-ponsel baru saat ini. Fitur yang dibawakan pun masih sangat terbatas. Foto yang dihasilkan masih cukup jelas untuk dijadikan koleksi pribadi.
Untuk perekaman video juga masih mampu meski hasilnya belum memuaskan. Resolusi rekaman video yang dihasilkan bahkan masih 720p 30 FPS. Videonya pun cenderung goyang karena tidak ada fitur stabilisasi.
Sementara di sisi depan, Vivo memasang kamera 5MP untuk mmenuhi kebutuhan panggilan video maupun swafoto. Kamera ini dilengkapi dengan fitur smart screen flash yang akan membantu pengguna mendapatkan hasil swafoto yang lebih baik saat cahaya rendah.
Baterai 2.500 mAh yang dibawakan terlihat sangat kecil dibanding baterai ponsel kelas entry level terbaru yang mayoritas dibekali 5.000 mAh. Ukuran baterai yang kecil tentu membuat daya tahannya jadi tidak terlalu lama.
Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa gawai ini juga tidak direkomendasikan untuk digunakan membuka aplikasi berat. Jika dipaksakan, penggunaan baterai akan lebih boros sehingga pengisian daya perlu dilakukan lebih dari sekali dalam sehari.
Apalagi, pengisi dayanya masih menggunakan micro USB. Jadi butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mengembalikan daya baterai hingga penuh.
Saat pertama dirilis, harga yang ditawarkan untuk Vivo Y53 hampir Rp2 jutaan. Sayangnya, saat ini sudah tidak ada ponsel baru dari seri ini yang dijual. Di pasaran, konsumen hanya akan menemukan ponsel bekas.
Karena bukan barang baru, harga yang ditawarkan di pasaran sangat murah. Konsumen hanya perlu mengeluarkan uang kurang dari Rp500 ribuan untuk memboyong gawai ini. Semakin baik kondisi perangkat yang dibeli, harganya akan semakin tinggi.
Karena itu, diperlukan ketelitian saat akan membeli perangkat ini. Periksa semua kondisi perangkat, baik dari kondisi luar maupun software masih bisa berfungsi normal. Jangan ragu untuk menawar jika menemukan ada kecacatan barang.
Karena merupakan smartphone yang dirilis lebih dari 7 tahun lalu, spesifikasi yang dibawa oleh Vivo Y53 jauh tertinggal dibanding ponsel baru. Tetapi jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan, spesifikasinya masih masuk akal.
Performa yang ditawarkan hanya bisa digunakan untuk aktivitas ringan seperti melakukan panggilan atau akses WhatsApp. Jadi jangan berharap bisa bermain gim populer seperti Mobile Legend di perangkat ini.
Kameranya pun menghasilkan foto yang lebih layak untuk dijadikan koleksi pribadi. Dengan kondisi tersebut, perangkat ini cocok digunakan sekadar sebagai alat untuk berbagi kabar dengan saudara yang tinggal di tempat yang jauh.